JAKARTA, HOTNEWSIDN.COM – Sebuah pencapaian membanggakan diraih tokoh Indonesia, Prof. Dr. Reda Manthovani, S.H., LL.M., usai resmi menyandang gelar Grand Master Taekwondo dari Kukkiwon, lembaga resmi pusat Taekwondo dunia yang berbasis di Seoul, Korea Selatan.
Gelar kehormatan bertajuk Honorary 6th Dan ini diberikan kepada individu yang dinilai memiliki kontribusi luar biasa terhadap perkembangan Taekwondo, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Reda Manthovani, yang saat ini menjabat sebagai Jaksa Agung Muda Intelijen (JAM-Intel) di Kejaksaan Agung RI, menjadi salah satu tokoh non-atlet aktif yang memperoleh pengakuan langka tersebut. Meski dikenal melalui karier hukumnya, Reda ternyata telah menekuni Taekwondo sejak masa remaja.
Aktif Sejak SMA, Berprestasi di Tingkat Nasional
Ketertarikan Reda terhadap Taekwondo bermula saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia terus mengasah kemampuan hingga berhasil meraih predikat atlet terbaik dalam Kejuaraan Nasional antarperguruan tinggi pada tahun 1990.
Pengalaman panjang sebagai praktisi bela diri disebut menjadi fondasi kuat dalam membentuk karakter dan kepemimpinannya hingga kini. Filosofi Taekwondo seperti disiplin, kehormatan, dan semangat juang disebutnya sebagai nilai yang terus ia pegang dalam kehidupan profesional.
Penghargaan dari Lembaga Tertinggi Taekwondo Dunia
Penghargaan diserahkan langsung oleh Presiden Kukkiwon, Dr. Dongsup Lee, dalam upacara resmi di Seoul. Kukkiwon merupakan lembaga yang ditunjuk pemerintah Korea Selatan sejak 1972 untuk menangani sertifikasi dan promosi sabuk hitam (Dan) secara global.
Dalam keterangan resminya, Kukkiwon menilai Reda tidak hanya berjasa sebagai mantan atlet, tetapi juga aktif dalam mengembangkan ekosistem Taekwondo di Indonesia, khususnya bagi kalangan disabilitas.
BACA JUGA : Aprilia Tegas: Kontrak Jorge Martin Masih Berlaku, Tidak Ada Negosiasi Ulang!
BACA JUGA : Subaru BRZ Super Series 2025 Resmi Digelar, Panggung Aksi Subaru di Sirkuit Mandalika!
Dorong Inklusi Lewat Kompetisi Para Taekwondo
Pada awal 2025, Reda menggagas ajang Exhibition Para Taekwondo “Kyorugi & Poomsae” bertajuk Prof. Reda Manthovani Cup 2025. Turnamen tersebut menjadi ruang inklusif bagi para atlet disabilitas untuk menunjukkan kemampuan dan semangat sportivitas di arena Taekwondo.
Langkah ini dinilai sebagai upaya konkret dalam memperluas akses olahraga bela diri kepada seluruh lapisan masyarakat.
“Saya sangat bersyukur atas penghargaan ini. Semoga semangat Taekwondo terus menjadi inspirasi dan perekat kebersamaan,” ujar Reda saat memberikan pernyataan usai menerima penghargaan.
Simbol Komitmen Jangka Panjang
Bagi Reda, gelar Grand Master bukan semata-mata bentuk apresiasi, tetapi juga tanggung jawab moral untuk terus mendorong kemajuan Taekwondo sebagai sarana pembinaan karakter dan pembangunan nilai-nilai kebangsaan.
Pencapaian ini menegaskan bahwa kontribusi terhadap dunia olahraga tak terbatas pada prestasi di lapangan, tetapi juga melalui peran strategis di balik layar.