JAKARTA, HOTNEWSIDN.COM – Aura Cinta, seorang siswi yang sempat menimba ilmu di SMAN 1 Cikarang Utara, menjadi perbincangan hangat publik setelah menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan larangan study tour dan acara perpisahan sekolah yang diberlakukan di Jawa Barat.
Kritiknya secara tidak langsung ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang menggulirkan aturan kontroversial tersebut. Suaranya mencuat di tengah perdebatan publik soal perlu tidaknya kegiatan perpisahan dan wisata edukatif di sekolah.
Untuk mengenal lebih dekat sosok Aura Cinta, tim dari Disway.Id melakukan penelusuran ke sekolah tempat ia menyelesaikan pendidikan menengah atas, yang berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantara, Karangasih, Kabupaten Bekasi.
Sayangnya, saat tim tiba di lokasi pada Jumat, 2 Mei 2024, kepala sekolah SMAN 1 Cikarang Utara sedang tidak berada di tempat. Para guru yang ditemui pun enggan memberikan keterangan lebih lanjut terkait Aura.
“Saya tidak bisa memberikan komentar. Belum ada instruksi dari Pak Kepala Sekolah. Kita harus satu suara,” ujar salah satu guru yang enggan disebutkan namanya.
BACA JUGA : Mengaku Pegawai Swasta, MMB Ternyata Pelaku Spesialis Curanmor di Bekasi Utara
BACA JUGA : Seribuan Buruh Bekasi Bertolak ke Monas Gunakan 11 Bus untuk Peringati Hari Buruh Nasional
Meski demikian, tim berhasil berbincang dengan seorang siswa bernama Jaya yang ditemui di sekitar area sekolah. Jaya mengaku tidak mengenal langsung Aura Cinta karena ketika ia mulai duduk di bangku kelas 10, Aura sudah lebih dulu lulus.
“Saya belum sempat kenal, karena saat saya masuk kelas satu, dia sudah alumni,” kata Jaya.
Jaya menyebut Aura lulus pada tahun 2024 setelah menempuh pendidikan di sekolah tersebut selama tiga tahun. Ia mengaku kagum dengan keberanian kakak kelasnya yang berani menyuarakan pendapat di tengah dominasi suara diam dari siswa lainnya.
“Menurut saya itu tindakan yang sangat berani. Tidak semua siswa berani melakukan hal seperti itu,” ungkap Jaya.
Meski Aura mengkritik kebijakan larangan study tour dan perpisahan, Jaya justru menyatakan dukungannya terhadap langkah Gubernur Dedi Mulyadi. Ia merasa kebijakan itu membantu meringankan beban finansial orang tua.
“Saya pribadi mendukung. Orang tua saya pun pasti merasa lebih ringan tanpa beban biaya study tour atau wisuda,” ujarnya.
Namun demikian, Jaya berharap sekolah dapat menyediakan bentuk kenang-kenangan atau kegiatan pengganti, agar momen kelulusan tetap bermakna bagi para siswa.
“Kalau bisa tetap ada alternatif kegiatan lain sebagai kenangan waktu lulus, supaya tetap punya memori indah,” tutupnya.