JAKARTA, HOTNEWSIDN.COM – Tiga negara Asia Tenggara—Indonesia, Malaysia, dan Thailand—mencapai tonggak sejarah baru dalam mendorong integrasi ekonomi regional. Melalui forum Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), ketiganya menandatangani Framework of Cooperation (FoC) di bidang Customs, Immigration, and Quarantine (CIQ) pada Selasa, 27 Mei 2025, di Kuala Lumpur City Center (KLCC), Malaysia.
Langkah strategis ini merupakan bagian dari upaya memperkuat konektivitas lintas batas dan menyederhanakan hambatan administratif yang selama ini menjadi tantangan dalam arus barang, jasa, dan mobilitas manusia di kawasan.
Langkah Konkret Menuju Perbatasan yang Lebih Terintegrasi
Penandatanganan dokumen penting ini dilakukan oleh tokoh-tokoh kunci dari masing-masing negara: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto, Menteri Ekonomi Malaysia Rafizi Ramli, dan Wakil Menteri Keuangan Thailand Julapan Amornvivat.
Kerangka kerja ini menegaskan komitmen kolektif dalam membangun sistem CIQ yang lebih efisien, adaptif, dan mendukung pertumbuhan ekonomi regional.
Dalam sambutannya, Airlangga menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat daya saing kawasan di tengah dinamika global yang terus berubah.
“Kerja sama CIQ menjadi tulang punggung bagi kelancaran perdagangan lintas negara. Harmonisasi prosedur ini akan mengurangi waktu tunggu, menekan biaya logistik, dan mendukung iklim usaha yang lebih kondusif,” ujarnya.
Lima Pilar Utama dalam Framework CIQ
Kerangka kerja yang disepakati memuat lima komponen utama, yang dirancang untuk diimplementasikan secara bertahap namun terukur:
-
Harmonisasi Dokumen CIQ Antarnegara
Bertujuan menyederhanakan dan menyeragamkan dokumen yang dibutuhkan dalam proses kepabeanan, imigrasi, dan karantina. -
Penyempurnaan Sistem Pelepasan Barang
Fokus pada efisiensi prosedur agar pengeluaran barang lintas negara dapat dilakukan lebih cepat dan transparan. -
Optimalisasi Manajemen Rantai Pasok
Diharapkan dapat menurunkan biaya logistik sekaligus meningkatkan keandalan distribusi barang di kawasan. -
Peningkatan Layanan di Titik Perbatasan
Melalui modernisasi fasilitas dan pelatihan SDM, pelayanan CIQ akan lebih responsif terhadap kebutuhan pelaku usaha. -
Penyelarasan Standar Karantina dengan WTO/SPS Agreement
Memastikan setiap prosedur karantina mematuhi standar internasional, khususnya dalam sektor pangan dan kesehatan hewan/tumbuhan.
Fokus Awal: Sumatera sebagai Model Integrasi
Pulau Sumatera menjadi titik fokus awal penerapan kerangka kerja ini, karena posisinya yang strategis dalam jalur perdagangan IMT-GT. Beberapa titik entry/exit point yang berada di sepanjang perbatasan laut maupun darat akan menjadi proyek percontohan dalam implementasi awal kerja sama CIQ ini.
Keberhasilan implementasi di wilayah ini diharapkan dapat direplikasi di titik-titik strategis lainnya di masa mendatang.
BACA JUGA : Ngerih! Mobil Tabrak Kerumunan Suporter Liverpool, 27 Orang Jadi Korban
BACA JUGA : Mewakili Presiden Prabowo, Menko Airlangga Pimpin Delegasi RI di Pertemuan ASEAN-BAC KTT ke-46
Sinergi dengan Visi IMT-GT 2036 dan ASEAN Connectivity
Inisiatif ini merupakan bagian integral dari pencapaian Visi IMT-GT 2036, yakni menjadikan sub-kawasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang inklusif, hijau, dan berdaya saing tinggi.
Lebih dari itu, langkah ini juga memperkuat agenda ASEAN Connectivity Strategic Plan, yang mendorong penguatan konektivitas lintas negara untuk mempercepat pembangunan kawasan dan integrasi ekonomi.
Kerja sama CIQ ini bukan hanya soal dokumen atau prosedur. Ini adalah bentuk konkret dari keinginan tiga negara untuk menghapus sekat-sekat birokrasi, memperkuat kolaborasi regional, dan menciptakan ekosistem bisnis yang saling menguntungkan.
Dukungan dan Harapan dari Berbagai Pemangku Kepentingan
Penandatanganan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Edi Prio Pambudi, Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional Bobby Chriss Siagian, serta perwakilan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur.
Turut hadir pula pejabat tinggi dari Malaysia dan Thailand, serta mitra pembangunan regional yang selama ini berkontribusi dalam penyusunan strategi kerja sama IMT-GT.
Para pelaku usaha di wilayah perbatasan juga menyambut positif inisiatif ini. Mereka berharap kerja sama ini bisa segera direalisasikan dalam bentuk perbaikan nyata di lapangan, terutama dalam waktu proses logistik yang lebih cepat dan biaya yang lebih efisien.