JAKARTA, HOTNEWSIDN.COM – Sebuah insiden dramatis terjadi saat Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kunjungan kenegaraan ke wilayah Kursk, Minggu (25/5). Helikopter yang ditumpanginya disebut sempat menjadi target dalam serangan besar-besaran drone oleh militer Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut insiden ini sebagai salah satu serangan pesawat nirawak terbesar yang pernah dilancarkan Kiev terhadap wilayah dalam negeri Rusia. Dalam keterangannya, militer menyatakan bahwa 46 unit drone berhasil dihancurkan oleh sistem pertahanan udara.
Putin Berada di Tengah Serangan Saat Kunjungan ke Wilayah Perbatasan
Presiden Putin diketahui tengah melakukan kunjungan pertamanya ke Kursk sejak wilayah tersebut diklaim berhasil sepenuhnya direbut kembali dari pasukan Ukraina pada April lalu. Di sana, ia bertemu dengan Gubernur Kursk Aleksandr Khinshtein, sejumlah kepala daerah, serta para relawan yang terlibat dalam operasi militer.
Serangan drone terjadi saat konvoi udara yang mengangkut Putin melintasi wilayah tersebut. Komandan Divisi Pertahanan Udara Rusia, Yury Dashkin, mengungkapkan bahwa intensitas serangan meningkat drastis saat pesawat Presiden melintasi area tersebut.
“Kami mencatat eskalasi signifikan dalam volume serangan selama pesawat Panglima Tertinggi melintas di atas wilayah Kursk,” ujar Dashkin kepada media pemerintah Rusia.
Unit pertahanan udara, menurutnya, harus melakukan intersepsi secara simultan terhadap puluhan target udara untuk memastikan keselamatan Presiden.
Rusia: Semua Drone Dihancurkan, Misi Pengamanan Berhasil
Meski serangan berlangsung masif, Dashkin menegaskan bahwa misi pengamanan berhasil dijalankan. “Seluruh target udara berhasil dijatuhkan. Tidak ada satupun yang mencapai helikopter Presiden,” katanya. Ia juga menyebut bahwa koordinasi antarpasukan udara sangat krusial dalam menghalau gelombang UAV yang datang bertubi-tubi.
Kementerian Pertahanan Rusia menambahkan bahwa sejak awal pekan lalu, Ukraina telah meningkatkan intensitas serangan drone secara signifikan ke sejumlah wilayah perbatasan Rusia. Antara Selasa hingga Jumat pekan lalu, total 764 UAV dilaporkan berhasil dicegat.
Pada Sabtu dan Minggu, ratusan serangan tambahan juga berhasil digagalkan, menandai eskalasi baru dalam taktik serangan jarak jauh Kiev.
BACA JUGA : Vietnam Blokir Telegram Mulai Juni, Pemerintah Nilai 70 Persen Kontennya Berisi Informasi “Beracun”
BACA JUGA : India Kembali Waspada! Varian Baru Covid Picu Lonjakan Kasus, Masker Diwajibkan Lagi
Moskow Tuduh Barat Jadi Dalang Eskalasi
Di tengah meningkatnya ketegangan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuding negara-negara Barat—terutama Inggris, Prancis, dan Jerman—ikut bertanggung jawab atas rangkaian serangan tersebut.
Lavrov menyebut dukungan terbuka dari negara-negara tersebut terhadap Kiev sebagai bentuk keterlibatan langsung dalam konflik, serta penghalang terhadap upaya damai yang tengah diupayakan.
Sejalan dengan itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa lonjakan serangan drone baru-baru ini merupakan upaya untuk menggagalkan proses negosiasi damai yang dimediasi oleh Amerika Serikat antara Moskow dan Kiev.
“Terlepas dari provokasi ini, komitmen Rusia terhadap solusi damai melalui dialog tetap tidak berubah,” bunyi pernyataan resmi kementerian.
UAV: Senjata Baru dalam Perang Modern
Serangan drone yang menyasar helikopter kepala negara mempertegas peran penting UAV dalam konflik Rusia-Ukraina. Drone tidak hanya digunakan untuk operasi intelijen, namun kini secara aktif digunakan dalam serangan strategis ke wilayah vital lawan.
Dengan konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, serangan udara seperti ini dikhawatirkan akan semakin sering terjadi, menyasar wilayah-wilayah yang sebelumnya dianggap aman.