JAKARTA, HOTNEWSIDN.COM – Di tengah derasnya arus konten digital, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali membuat gebrakan. Melalui kanal YouTube pribadinya, @GibranTV, ia mengunggah video berjudul provokatif: “Bukan Lagi Hanya Pasar Digital, Indonesia Harus Jadi Produsen Digital”. Tayangan yang rilis pada Selasa, 27 Mei 2025 itu sontak mengundang respons luas dari publik dan kalangan pengamat.
Dalam video tersebut, Gibran menyampaikan visi penting mengenai masa depan perekonomian Indonesia: hilirisasi digital. Menurutnya, sudah saatnya Indonesia bertransformasi dari sekadar konsumen teknologi menjadi produsen aktif di ekosistem digital global.
Indonesia Tidak Bisa Lagi Jadi Konsumen Abadi
“Indonesia tidak boleh hanya jadi target pasar,” tegas Gibran dalam videonya. “Kita harus mulai membangun dan mengekspor produk digital kita sendiri.”
Seruan itu bukan sekadar retorika. Gibran mengajak seluruh elemen bangsa—mulai dari pelaku industri, sektor pendidikan, hingga pembuat kebijakan—untuk bersatu dalam upaya menciptakan hilirisasi digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Pesan itu disambut positif oleh berbagai pihak, salah satunya oleh Direktur Eksekutif Rumah Politik Indonesia (RPI), Fernando Emas. Ia menyebut gagasan yang diangkat Gibran sebagai sinyal penting akan perlunya lompatan besar dalam pembangunan sektor digital nasional.
Fernando Emas: “Saatnya Indonesia Naik Kelas”
“Selama ini, kita terlalu nyaman berada di posisi sebagai pasar. Tapi kalau kita ingin naik kelas, harus mulai memosisikan diri sebagai produsen,” ujar Fernando dalam keterangannya, Rabu, 28 Mei 2025.
Menurutnya, Indonesia punya peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi digital global. Alasannya sederhana: talenta digital lokal berkembang pesat, dan infrastruktur teknologi mulai menyebar merata.
Namun, Fernando menegaskan bahwa transisi ini tidak akan mudah. Diperlukan kerja lintas sektor, ekosistem yang terstruktur, dan yang paling penting: roadmap yang jelas.
Peta Jalan Digital: Antara Visi dan Eksekusi
Ia menggarisbawahi bahwa meski beberapa kementerian telah mulai menginisiasi program transformasi digital, koordinasi antar lembaga masih jauh dari optimal.
“Kita butuh peta jalan yang menjadi kompas bersama. Tanpa arah yang jelas, sulit memastikan apakah langkah-langkah pemerintah menjawab kebutuhan nyata di lapangan—mulai dari UMKM, sektor pendidikan, sampai pelayanan publik,” ujarnya.
Fernando juga menyinggung satu masalah krusial yang sering menghambat program nasional: ego sektoral antarinstansi. Menurutnya, selama kementerian berjalan sendiri-sendiri, hilirisasi digital hanya akan menjadi wacana kosong.
BACA JUGA : Rismon Hasiholan Diperiksa Polisi Terkait Dugaan Pencemaran Nama Baik soal Ijazah Jokowi
BACA JUGA : Remaja 18 Tahun di Gowa Ditangkap Densus 88, Diduga Sebar Propaganda ISIS Lewat WhatsApp
Hilirisasi Digital: Lebih dari Sekadar Teknologi
Apa sebenarnya yang dimaksud hilirisasi digital? Konsep ini tak sekadar soal membuat aplikasi atau menggelar infrastruktur jaringan. Lebih luas, hilirisasi digital menyangkut kemampuan menciptakan nilai tambah dari sumber daya teknologi yang kita miliki—baik dalam bentuk produk digital, inovasi layanan, hingga sistem manajemen berbasis AI atau big data.
Dengan kata lain, jika selama ini kita hanya menjadi pasar bagi platform luar negeri, maka hilirisasi digital menuntut kita untuk mengembangkan platform sendiri yang bisa bersaing secara global.
Dari YouTube ke Kebijakan Nyata
Langkah Gibran menggunakan YouTube sebagai saluran komunikasi strategis dinilai sebagai pendekatan modern yang menyentuh langsung publik digital—khususnya generasi muda. Melalui medium ini, gagasan besar tak lagi disampaikan lewat podium resmi, tapi lewat layar yang akrab dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Ini bukan cuma strategi komunikasi. Ini bentuk nyata dari digital leadership,” ujar Fernando.
Ia berharap, gagasan yang disampaikan Gibran tidak berhenti di jagat maya. “Yang kita butuhkan adalah implementasi. Seruan ini bisa jadi pemicu kolaborasi lintas kementerian dan sektor, jika ditindaklanjuti dengan serius,” imbuhnya.
Momentum Kolektif: Bangun Masa Depan Digital Indonesia
Fernando menutup komentarnya dengan pesan kuat: “Apa yang disampaikan Mas Gibran ini harus jadi momentum bersama. Ini soal warisan ekonomi yang kita tinggalkan bagi generasi mendatang.”
Visi hilirisasi digital, menurutnya, adalah kesempatan untuk mendefinisikan ulang posisi Indonesia di dunia digital—bukan lagi sebagai pengguna, tetapi sebagai inovator.